(Berita Mingguan GITS 03 Oktober 2015, sumber: www.wayoflife.org diterjemahkan oleh Dr. Steven Liauw)
Selama lebih dari seribu tahun, kaum Baptis, Protestan, dan fundamentalis telah mengidentifikasi Roma sebagai Pelacur yang disebut dalam Wahyu 17. Pada akhir dari ABAD KESEMBILAN, “Tergandus, Uskup Treves, menyebut Paus sebagai antikristus, ya, serigala, dan Roma sebagai Babel” (Martyrs Mirror, 5th English edition, hal. 240). Dalam ABAD KESEBELAS, Berenger dari Tours membongkar kesalahan dogma-dogma Roma dan mempertahankan bahwa Gereja Roma adalah Kursi Iblis (George Faber, The History of the Ancient Vallenses and Albigenses, 1838,hal. 159). KAUM WALDENSIANS, sepanjang kebanyakan sejarah mereka yang berliku, mengidentifikasi paus sebagai antikristus. Sebuah tulisan Waldensian berjudul Noble Lessons (Pelajaran-Pelajaran Mulia) yang dari tahun 1100 M, menyatakan: “Antikristus, pembunuh para orang Kudus yang telah dinubuatkan, telah muncul dalam watak aslinya, bertakhta seperti raja di kota tujuh-bukit.” Pada ABAD KE-13, kaum BOHEMIAN BRETHREN berpegang bahwa “Gereja Roma bukanlah Gereja Yesus Kristus, tetapi adalah kumpulan orang-orang jahat, dan pelacur yang duduk di atas binatang dalam kitab Wahyu. …Mereka mendeklarasikan paus sebagai pemimpin dan kepala dari semua kesalahan” (Peter Allix, Ancient Churches of Piedmont, hal. 242-259). Penerjemah Alkitab bahasa Inggris, WILLIAM TYNDALE, mengidentifikasi paus sebagai antikristus dalam tulisannya The Practice of Prelates dan dalam kata pengantar dari Perjanjian Baru yang dia terjemahkan edisi 1534. Semua pemimpin REFORMASI menganggap paus sebagai antikristus, termasuk John Huss, Martin Luther, John Calvin, dan para penerus mereka.
Pelacur rohani dalam Wahyu 17 berada sepihak dengan antikristus (bandingkan Wah. 17:3 dan Wah. 13:1), dan seperti antikristus ia memiliki dua aspek: historis dan prophetik. Dalam 1 Yohanes 2:18, Rasul berkata, “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.” Walaupun ia tidak menggenapi nubuat ini dalam bentuk akhirnya, setiap fitur dari Pelacur rohani dalam Wahyu 17 dapat ditemukan dalam Gereja Roma Katolik. Dia telah menunggangi perjalanan sejarah pada punggung raja-raja, berpakaikan jubah indah dari kirmizi dan ungu, dengan pakaian yang mahal-mahal. Dia duduk pada tujuh bukit, penuh dengan kekejian, dan memiliki cawan emas. Dia mabuk oleh darah para martir, dan penduduk dunia sungguh mabuk dengan anggur percabulannya, mengacu kepada banyaknya orang yang dengan buta mengikuti doktrin setan-setan miliki Roma.